Jumat, 29 Maret 2013

MOTIVASI DALAM PEKERJAAN


MOTIVASI DALAM PEKERJAAN(Kerja)

Tentang Moral Kerja

  • Sebagian orang memandang bahwa minat/perhatian terhadap pekerjaan berpengaruh terhadap moral kerja. Bilamana seseorang merasa bahwa minat/perhatiannya seusai dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan maka akan memiliki moral kerja yang tinggi.
  • Sebagian lainnya menempatkan faktor upah atau gaji penting dalam meningkatkan moral kerja. Upah atau gaji yang tinggi dipandang sebagai faktor yang dapat  mempertinggi moral kerja.
  • Disamping itu ada kelompok orang yang memandang faktor status sosial dari pekerjaan dapat mempengaruhi moral kerja. Pekerjaan yang dapat memberikan status sosial atau posisi yang tinggi/baik (misalnya, sebagai kepala, staf pimpinan, kepala bagian dan sebagainya) menurut kelompok ini akan mempertinggi moral kerja.
  • Sekolompok lain memandang tujuan yang mulia atau pekerjaan yang mengandung pengabdian merupakan faktor yang dapat mempertinggi moral kerja. Tujuan dan sifat pengabdian diri dalam suatu pekerjaan mengakibatkan seseorang bersedia mendertia, berkorban harta benda dan bahkan jiwanya demi terwujudnya pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
  • Kelompok terakhir memandang faktor suasana kerja dan hubungan kemanusiaan yang baik, sehingga setiap orang merasa diterima dan dihargai dalam kelompoknya dapat mempertinggi moral kerja.
Bagimana dengan Motivasi Dalam Bekerja di suatu Pekerjaan?
  • Kebutuhan fisik (physical needs) : meliputi kebutuhan sehari-hari untuk makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, berumah tanggga dan sejenisnya.
  • Kebutuhan keamanan (safety needs) : Yang meliputi kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari ancaman-ancaman yang membahayakan kelangsungan hidupnya.
  • Kebutuhan Sosial (social needs) : Kebutuhan untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, bermasyarakat dan sejenisnya.
  • Kebutuhan pengakuan (the needs of esteems) : Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan.
  • Kebutuhan mengaktualisasikan diri (the needs for self actualization)
  • Kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman dan kemasyhuran sebagai orang yang memiliki kemampuan dan keberhasilan dalam mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.
Dalam hubungan itu dapat dibedakan dua jenis motivasi :
  • Motivasi intrinsik, yakni dorongan yang terdapat dalam pekerjaan yang dilakukan. Misalnya : bekerja karena pekerjaan itu sesuai dengan bakat dan minat, dapat diselesaikan dengan baik karena memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyelesaikannya dan lain-lain.
  • Motivasi ekstrinsik, yakni dorongan yang berasal dari luar pekerjaan yang sedang dilakukan. Misalnya : bekerja karena upah atau gaji yang tinggi mempertahankan kedudukan yang baik, merasa mulia karena pengabdian dan sebagainya.
MOTIVASI DALAM KESUKSESSAN PRESTASI
motivatio prestasi sukses
3 Tinggkatan Motivasi Pendorong Manusia:

  • Motivasi pertama adalah motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang patuh pada bos karena takut dipecat, anak belajar karena diancam tidak diberi uang saku
  • Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu.
  • Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya bekerja bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya.(Mc Clelland ).
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi :
  • Faktor Individual : Dalam hal ini, faktor individual yang dimaksud terutama adalah factor intelegensi dan faktor penilaian individu tentang dirinya. Intelegens merupakan kecakapan yang bersifat potensial yang dimiliki seseorang dan merupakan salah satu unsur penting dalam proses pemecahan masalah yang dilakukan individu. Apabila individu mempunyai taraf intelegensi diatas rata-rata maka kemungkinan motivasi berprestasinya tinggi dan apabila individu mempunyai taraf intelegensi di bawah ratarata maka kemungkinan taraf motivasi berprestasinya rendah. Taraf kecerdasan (intelegensi) yang dimiliki indviidu juga akan turut menentukan atau mempengaruhi prestasi yang dicapainya. Faktor lainnya adalah penilaian individu mengenai dirinya sendiri.
  • Faktor Lingkungan :Maksud dari faktor lingkungan disini adalah segala sesuatu yang berada diluar diri individu, yang turut mempengaruhi motivasi berprestasinya.
PENDIDIKAN MOTIVASI SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER DAN BELAJAR
Motivasi Belajar

Moral adalah suasana batiniah seseorang yang mempengaruhi perilaku individu dan perilaku organisasi. Suasana batiniah itu terwujud di dalam aktivitas individu pada saat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Suasana batin dimaksud berupa perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah dan bersemangat atu tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Proses manajemen dan leadership yang efektif memerlukan moral kerja yang positif dalam arti suasana batin yang menyenangkan hingga memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan pekerjaan. Moral kerja yang tinggi merupakan dorongan bagi terciptanya usaha berpartisipasi secara maksimal dalam kegiatan organisasi/kelompok, guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya moral kerja seseorang. Dalam kegiatan manajemen dan leadership pendidikan, moral kerja yang tinggi dari setiap SDM yang terlibat di dalamnya, merupakan faktor yang menentukan bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya moral kerja :
Seseorang bekerja karena adanya dorongan *Motivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, di mana kebutuhan dasar manusia itu banyak ragamnya. Menurut Maslow kebutuhan dasar manusia ini ada beberapa tingkatan :
Selain itu dalam melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan yang bersifat sadar, seseorang selalu didorong *di-motifasi oleh maksud atau motif tertentu, baik yang obyektif maupun subyektif. Motif atau dorongan dalam melakukan sesuatu pekerjaan itu sangat besar pengaruhnya terhadap moral kerja dan hasil kerja.
Seseorang bersedia melakukan sesuatu pekerjaan bilamana motif yang mendorongnya cukup kuat yang pada dasarnya tidak mendapat saingan atau tantangan dari motif lain yang berlawanan.
Demikian pula sebaliknya orang lain yang tidak didorong oleh motif yang kuat akan meninggalkan atau sekurang-kurangnya tidak bergairah dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
Semua faktor yang telah disebutkan di atas pada dasarnya merupakan bentuk-bentuk motivasi yang mendorong seseorang melakukan pekerjaannya secara bersunguh-sungguh.
Motivasi dalam berprestasi merupakan dasr penting untuk meraih sukses atu kesuksessan. Sukses berkaitan dengan perilaku ‘produktif dan selalu memperhatikan / menjaga ‘kualitas’ produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut  setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih.
MOTIVASI DALAM KESUKSESSAN PRESTASI
Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak ketahanan individu dalam menghadapai tantangan hidup sehingga mencapai kesuksesan.
Motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul(excellent); dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya.
Inilah tantangan sebagai tenaga pendidik sekarang untuk memotivasi siswa agar mempunyai motivasi berprestasi. Memotivasi orang lain bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya.
MOTIVASI SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER DAN BELAJAR
Tawuran antar sekolah, yang meresahkan masyarakat…., penggunaan Phsikotropika dan Narkoba yang beredar di kalangan anak sekolah, dimana penjual dan pembeli berstatus siswa, kemudian berita-berita lain yang menyebutkan banyak siswi SMU dan Mahasiswi yang berprofesi ganda, bukan hanya sebagai peserta didik. Daftar tersebut masih panjang apabila ditambahkan dengan fakta Lembaga Pemasyarakatan yang dihuni oleh remaja yang masih banyak berstatus siswa karena terkait tindakan kriminal, dan masih banyak yang kita bisa lihat di media adanya kecurangan ujian, pemerasan antar siswa, dan lain sebagainya.
Selain itu etos kerja yang buruk, rendahnya disiplin diri dan kurangnya semangat untuk bekerja keras, materialism,menjadi gejala umum di maysarakat. Pemaparan di atas menegaskan bahwa adanya kegagalan pencapaian Tugas Pendidikan.
Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dari pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan, dalam tataran etika, estetika, maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
“Intelegence plus character, that is the true aim of education” ( Marthin Luther King Jr ) ” Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan”, dalam bahasa sederhana pendidikan bertujuan merubah menjadi lebih baik dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Implementasi dan Realisasi yang terjadi, sejalankah usaha-usaha pendidikan yang ada saat ini ? Bisakah pendidikan karakter menjadi prioritas utama di lembaga pendidikan ?
Marvin W Berkowitz & Melinda C Bier , pakar pendidikan barat menyebutkan pandangan bahwa sekolah seharusnya fokus pada prestasi akademik ( academic achivement ) telah diterima secara luas pandangan ini menjadikan banyak lembaga pendidikan mengabaikan pembentukan karakter para peserta didiknya.
Kenyataan bahwa lembaga penddidikan yang dalam ilmu sosiologi diposisikan sebagai media sosialisasi kedua setelah keluarga, mempunyai peran yang besar dalam mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam pembentukan kepribadian terhadap siswa /peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar